Kamis, 24 Oktober 2013

Garis Besar Garapan Ilmu / Kawruh Paguyuban



GARIS BESAR GARAPAN ILMU/ KAWRUH
PAGUYUBAN PANGARSO BUDI UTOMO
ROSO MANUNGGAL JATI


I.         Kunci/ Wadah Kawruh
1.     “Panyuwunan” kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.     Laku Panyuwun kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.     Didapat dari hanggeguru/ belajar.
3.1.          Dirinya sendiri.
3.2.          Diri orang lain (Guru ngelmu dan Guru laku).
4.     Laku brata, tarak brata/ bertapa.
II.      Isi Dari Ngelmu/ Isi Dari Kawruh
1.     Piandel/ eling, pracaya dan mituhu.
1.1.          Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1.2.          Utusannya (sarining urip) atau Roh Suci yang telah berada di luar manusia disebut sari.
1.3.          Kalifah Allah (cipta, rasa, karsa) sarining urip (roh suci) yang menyinari pikiran/ akal dan budi yang masih berada di dalam tubuh manusia, juga dengan sari miring.
1.4.          Panuntun, Guru sebagai perantara menuju kedewasaan dalam berakal, berpikir, bersikap, dan berbuat (ngerti lan bisa).
1.5.          Bapak dan Ibu sebagai lantaran kelahiran hidup di dunia (alam madya).
2.     Laku atau pengamalan.
2.1.          Nuhoni wajib (baku harus dikerjakan).
2.1.1. Manembah :
2.1.1.1.     Umum : menurut agama masing-masing.
2.1.1.2.     Khusus : perlon/ samadi.
2.2.          Sikap pengendalian nafsu terhadap :
2.2.1. Dirinya sendiri.
2.2.2. Orang lain yang tunggal gayuh/ tunggal guru.
2.2.3. Orang lain yang berbeda kepercayaannya.
2.2.4. Orang lain yang satu bangsa.
2.2.5. Orang lain yang berbeda bangsa.
2.2.6. Alam dengan lingkuangan hidup serta segenap isinya.

2.3.          Rasa cinta kasih (tresna asih) kepada :
2.3.1. Terhadap dirinya sendiri (among raga, among rasa, among karsa).
2.3.2. Terhadap orang lain.
2.3.2.1.     Memberi pertolongan bagi yang membutuhkan.
2.3.2.2.     Kerja sama saling asah asuh asih.
2.3.2.3.     Menebalhan rasa sosial.
2.3.2.4.     Musyawarah untuk mufakat.
2.3.2.5.     Saling hormat menghormati hak dan kewajiban.
2.3.3. Terhadap lingkungan alam semesta dan segenap isinya.
Hewan kutu-kutu walang ataga, segala tumbuhan-tumbuhan.
2.4.          Mentaati wewaler/ larangan, petunjuk dan peringatan.
2.4.1. Tidak boleh menyiksa (bertindak semena) tehadap sesama hidup.
2.4.2. Tidak boleh melanggar Undang-Undang peraturan Negara.
2.4.3. Tidak boleh melanggar yang bukan semestinya.
2.4.4. Tidak boleh kutuk mengutuk (sepata hanyepatani).
2.4.5. Tidak boleh ingkar janji.
2.4.6. Tidak bolek bermusuhan.
2.4.7. Tidak boleh berkomplotan jahat.
2.4.8. Tidak boleh berbuat kericuhan.
2.4.9. Tidak boleh berbuat keji dan kotor.
2.4.10.       Tidak boleh berputus asa, putus harapan (nglokro).
2.5.          Meningkatkan tataran kemanusiaan.
2.5.1. Orang/ uwong/ janma wantah.
2.5.2. Janma manungsa (wong yang teah mengerti nistha, madya dan utama disebut janma limpat).
2.5.3. Janma winilis ialah janma yang telah dapat menggunakan akal pikiran, budi, sir cipta rasa karsa dengan sempurna dapat berhubungan dengan roh suci dalam pribadinya (dapat mendudukan sari miring).
2.5.4. Janma pinilih, telah mendekati kesempurnaan lahir dan batin, dapat membangun pedalemaning Gusti di dalam pribadinya. Manunggal dengan Jati, manunggal disini artinya : Cedhak ora senggolan, adoh tanpa wangenan dengan yang Maha Agung. Karena telah kelenggahan Sari (utusaning Gusti) sehingga dapat dikatakan manusia yang wicaksana, mengerti samobah mosiking jagad.
3.     Ilmu khusus : Ilmu tambahan berdasarkan sabdaning Gusti lewar sari utusan-Nya.
3. 1.    Dari jagad cilik sari miring/ Roh Bazariah dapat berwujud inspirasi osik lam mosik dari diri manusia dengan adanya getaran akal budi dan manunggalnya cipta, rasa dan karsa, diwujudkan dengan suatu karya/ budaya, dimana dipengaruhi oleh sifat, tabiat, tingkat kemanusiaan dan tingkat kejiwaan manusia itu sendiri. Sifatnya masih berubah-ubah/ sementara menurut keadaan dan kejadian/ situasi dijagad cilik dan jagad besar, sebab roh itu masih berada di dalam diri manusia (jagad alit) dan masih hidup di dunia (jagad gedhe) dipengaruhi oleh nafsu-nafsu yang disinari oleh cipta, rasa, dan karsa.
3. 2.     Dari Sari Methok/ Roh Qadim.
Berwujud wahyu, ilham, daya kekuatan Gaib, yang berada di luar diri manusia, berada dalam jagad gedhe, yang sifatnya telah dekat dengan kelanggengan/ kekal abadi tidak berubah-ubah, tidak berselisihan, tidak berlawanan, tidak kosok balen, tidak mangro tinggal, hanya bersifat satu ialah bener lan becik, sebab sari methok telah berbadan rohani (sarira bathara) sebagai suksma sejati, Guru sejati yang telah menunggal dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sabda Tuhan itu dapat diterima oleh manusia pinilih di dalam laku brata, semadi, yang melalui Teleng/ Pusat dari Pandulu, Pangrungu, Pangarsa, Pangambu, Pangucap di dalam puncak keheningan.
III.   Arah Dan Tujuan Penggunaan Ilmu Dan Laku
1.     Arah Penggunaan Ilmu dan Laku.
1.1.          Yang harus dicegah ngumbar hardaning pancadriya (nafsu).
1.2.          Yang harus diwujudkan :
1.2.1. Bengkas penderitaan/ menghilangkankemiskinan jiwa.
1.2.2. Berbuat kebajikan kepada sesama.
1.2.3. Pendekatan diri/ pasrah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.     Tujuan Penggunaan Ilmu dan Laku.
2.1.          Hanggayuh kamulyaning hurip/ sampurnaning hurip lahir maupun batin di dunia.
2.2.          Hanggayuh kamulyaning hurip/ kasampurnaning hurip di akherat, dalam arti dapat kembali manunggal ke sumber sangkan-paraning hurip (Tuhan Yang Maha Esa).

2 komentar:

  1. Bukunya bisa di download nggak ya....terima kasih

    BalasHapus
  2. Alangkah indahnya ajaran ini, mirip sekali dengan islam yg sempurna, yg masih genap latifahnya. Ajaran seperti ini skrg hanya (tanpa penekanan) dijumpai dalam tradisi sufistik, yaitu islam yg kaffaah, islam yang lengkap latifahnya. Tentunya elmu Pangarso Budi Utomo Roso Manunggal Jati nggak jauh beda dg sufistika jika dalam islam. Mohon ijin copy. Rahayu...

    BalasHapus