Kamis, 24 Oktober 2013

Tokoh R.M Martopangarso



Lahir                             : Yogyakarta, tahun 1900
Meninggal                     : Setu Pon, tanggal 14 Juli 1990
Di makamkan                : Argo Semanggi di Gunung Semanggi


     Almarhum R. M. Martopangarso juga seorang tokoh spiritual uang menjadi enconnya R. M. Budi Utomo almarhum. Beliau sejak masih jejaka (mudanya) juga senang bertarakbroto (tirakat), juga tidak ketinggalan beliau berguru kepada orang yang dianggap lebih (pintar) bagi beliau. Dalam parugon-parugon belau sangat mengagumkan gurunya, karena sangat cerdas dan trampil menerima wejangan.
          Beliau sering juga pergi tirakat ke gunung-gunung, kungkum di tempuran, apalagi dipesisir selatan, tidak ketinggalan ke makamnya para leluhur dan raja-raja di tanah Jawa yang keramat, dan lain sebagainya. Pada suatu hari beliau bertapa di Guwa Langse, disanalah beliau mendapatkan ilham/ dawuh untuk memetri adat naluri “kejawen” bagi orang-orang Jawa untuk menyongsong adanya/ timbulnya Negara Dowo (bhs. Jawa) panjang yang akan datang dan hilangnya penjajah dari bumi Nusantara.
          Didalam dawuh itu menyebutkan agar beliau melanjutkan topobroto ke Gunung Semanggi daerah Bnatul (sebelah selatan pabrik gula Madukismo). Disitulah beliau menemukan sumber (sendang) yang bernama sendang Titis. Disitu pulalah beliau mendapat ilham bahwa sendang tersebut berisi kekuatan gaib untuk mensucikan pikiran-pikiran yang sedang kalut.
          Selanjutnya, sumber (sendang) itu besuk dapat dipergunakan sebagai sarana untuk sesuci khususnya bagi para siswa yang akan mengikuti “necep” ajaran dari beliau dan bagi orang-orang pada umumnya, yang menginginkan daya wening atau obat penyembuh bagi orang yang sakit. Dawuh selanjutnya R. M. Martopangarso akan mendapatkan sahabat karip yang seajaran “(tunggal kawruh)” di Sendang Jumprit di daerah Wonosobo.
          Pada tahun 1941 pergilah R. M. Martopangarso kungkum di Sendang Jumprit tersebut. Tidak terbayang sebelumnya bahwa beliau dapat bertemu dengan R. M. Budi Utomo yang kebetulan juga sedang laku broto “(kungkum)” di sendang tersebut.
          Kedua beliau akhirnya mendapat ilham dari Tuhan Yang Maha Esa agar bersatu “(golong sawiji)” untuk mengembangkan ajarannya Budi Pekerti Luhur “(kebatinan)”. Terjadilah kesepakatan kedua beliau untuk mengikat janji dalam rangka mengembangkan ajaran “Kejawen”.
          Sejak saat itulah dimulailah R. M. Budi Utomo bersama R. M. Martopangarso dalam mengembangkan “kawruh naluri kejawen” atau “ngelmu kasampurnaning urip lahir batin” di dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar