GARIS BESAR GARAPAN ILMU/ KAWRUH
PAGUYUBAN PANGARSO BUDI UTOMO
ROSO MANUNGGAL JATI
I.
Kunci/ Wadah Kawruh
1.
“Panyuwunan” kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Laku Panyuwun kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.
Didapat dari hanggeguru/ belajar.
3.1.
Dirinya sendiri.
3.2.
Diri orang lain (Guru ngelmu dan Guru laku).
4.
Laku brata, tarak brata/ bertapa.
II.
Isi Dari Ngelmu/ Isi Dari Kawruh
1.
Piandel/ eling, pracaya dan mituhu.
1.1.
Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1.2.
Utusannya (sarining urip) atau Roh Suci yang telah berada di
luar manusia disebut sari.
1.3.
Kalifah Allah (cipta, rasa, karsa) sarining urip (roh suci)
yang menyinari pikiran/ akal dan budi yang masih berada di dalam tubuh manusia,
juga dengan sari miring.
1.4.
Panuntun, Guru sebagai perantara menuju kedewasaan dalam
berakal, berpikir, bersikap, dan berbuat (ngerti lan bisa).
1.5.
Bapak dan Ibu sebagai lantaran kelahiran hidup di dunia (alam
madya).
2.
Laku atau pengamalan.
2.1.
Nuhoni wajib (baku harus dikerjakan).
2.1.1. Manembah :
2.1.1.1.
Umum : menurut agama masing-masing.
2.1.1.2.
Khusus : perlon/ samadi.
2.2.
Sikap pengendalian nafsu terhadap :
2.2.1. Dirinya sendiri.
2.2.2. Orang lain yang tunggal
gayuh/ tunggal guru.
2.2.3. Orang lain yang berbeda
kepercayaannya.
2.2.4. Orang lain yang satu bangsa.
2.2.5. Orang lain yang berbeda
bangsa.
2.2.6. Alam dengan lingkuangan hidup
serta segenap isinya.
2.3.
Rasa cinta kasih (tresna asih) kepada :
2.3.1. Terhadap dirinya sendiri
(among raga, among rasa, among karsa).
2.3.2. Terhadap orang lain.
2.3.2.1.
Memberi pertolongan bagi yang membutuhkan.
2.3.2.2.
Kerja sama saling asah asuh asih.
2.3.2.3.
Menebalhan rasa sosial.
2.3.2.4.
Musyawarah untuk mufakat.
2.3.2.5.
Saling hormat menghormati hak dan kewajiban.
2.3.3. Terhadap lingkungan alam
semesta dan segenap isinya.
Hewan kutu-kutu
walang ataga, segala tumbuhan-tumbuhan.
2.4.
Mentaati wewaler/ larangan, petunjuk dan peringatan.
2.4.1. Tidak boleh menyiksa
(bertindak semena) tehadap sesama hidup.
2.4.2. Tidak boleh melanggar
Undang-Undang peraturan Negara.
2.4.3. Tidak boleh melanggar yang
bukan semestinya.
2.4.4. Tidak boleh kutuk mengutuk
(sepata hanyepatani).
2.4.5. Tidak boleh ingkar janji.
2.4.6. Tidak bolek bermusuhan.
2.4.7. Tidak boleh berkomplotan
jahat.
2.4.8. Tidak boleh berbuat
kericuhan.
2.4.9. Tidak boleh berbuat keji dan
kotor.
2.4.10.
Tidak boleh berputus asa, putus harapan (nglokro).
2.5.
Meningkatkan tataran kemanusiaan.
2.5.1. Orang/ uwong/ janma wantah.
2.5.2. Janma manungsa (wong yang
teah mengerti nistha, madya dan utama disebut janma limpat).
2.5.3. Janma winilis ialah janma
yang telah dapat menggunakan akal pikiran, budi, sir cipta rasa karsa dengan
sempurna dapat berhubungan dengan roh suci dalam pribadinya (dapat mendudukan
sari miring).
2.5.4. Janma pinilih, telah
mendekati kesempurnaan lahir dan batin, dapat membangun pedalemaning Gusti di
dalam pribadinya. Manunggal dengan Jati, manunggal disini artinya : Cedhak ora
senggolan, adoh tanpa wangenan dengan yang Maha Agung. Karena telah kelenggahan
Sari (utusaning Gusti) sehingga dapat dikatakan manusia yang wicaksana,
mengerti samobah mosiking jagad.
3.
Ilmu khusus : Ilmu tambahan berdasarkan sabdaning Gusti lewar
sari utusan-Nya.
3. 1.
Dari jagad cilik sari miring/ Roh Bazariah dapat berwujud
inspirasi osik lam mosik dari diri manusia dengan adanya getaran akal budi dan
manunggalnya cipta, rasa dan karsa, diwujudkan dengan suatu karya/ budaya,
dimana dipengaruhi oleh sifat, tabiat, tingkat kemanusiaan dan tingkat kejiwaan
manusia itu sendiri. Sifatnya masih berubah-ubah/ sementara menurut keadaan dan
kejadian/ situasi dijagad cilik dan jagad besar, sebab roh itu masih berada di
dalam diri manusia (jagad alit) dan masih hidup di dunia (jagad gedhe)
dipengaruhi oleh nafsu-nafsu yang disinari oleh cipta, rasa, dan karsa.
3. 2.
Dari Sari Methok/ Roh Qadim.
Berwujud wahyu, ilham, daya kekuatan
Gaib, yang berada di luar diri manusia, berada dalam jagad gedhe, yang sifatnya
telah dekat dengan kelanggengan/ kekal abadi tidak berubah-ubah, tidak
berselisihan, tidak berlawanan, tidak kosok balen, tidak mangro tinggal, hanya bersifat
satu ialah bener lan becik, sebab sari methok telah berbadan rohani (sarira
bathara) sebagai suksma sejati, Guru sejati yang telah menunggal dekat dengan
Tuhan Yang Maha Esa. Sabda Tuhan itu dapat diterima oleh manusia pinilih di
dalam laku brata, semadi, yang melalui Teleng/ Pusat dari Pandulu, Pangrungu,
Pangarsa, Pangambu, Pangucap di dalam puncak keheningan.
III.
Arah Dan Tujuan Penggunaan Ilmu Dan Laku
1.
Arah Penggunaan Ilmu dan Laku.
1.1.
Yang harus dicegah ngumbar hardaning pancadriya (nafsu).
1.2.
Yang harus diwujudkan :
1.2.1. Bengkas penderitaan/
menghilangkankemiskinan jiwa.
1.2.2. Berbuat kebajikan kepada
sesama.
1.2.3. Pendekatan diri/ pasrah diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Tujuan Penggunaan Ilmu dan Laku.
2.1.
Hanggayuh kamulyaning hurip/ sampurnaning hurip lahir maupun
batin di dunia.
2.2.
Hanggayuh kamulyaning hurip/ kasampurnaning hurip di akherat,
dalam arti dapat kembali manunggal ke sumber sangkan-paraning hurip (Tuhan Yang
Maha Esa).
Bukunya bisa di download nggak ya....terima kasih
BalasHapusAlangkah indahnya ajaran ini, mirip sekali dengan islam yg sempurna, yg masih genap latifahnya. Ajaran seperti ini skrg hanya (tanpa penekanan) dijumpai dalam tradisi sufistik, yaitu islam yg kaffaah, islam yang lengkap latifahnya. Tentunya elmu Pangarso Budi Utomo Roso Manunggal Jati nggak jauh beda dg sufistika jika dalam islam. Mohon ijin copy. Rahayu...
BalasHapus