SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA
PAGUYUBAN PANGARSO BUDI UTOMO ROSO MANUNGGAL JATI
DI SURAKARTA
Kurang lebih pada tahun 1941
di Yogyakarta di kampung Notoprajan hiduplah dua orang tokoh spiritual, beliau
bernama :
1.
R. M. Budi Utomo
2.
R. M. Martopangarso
Kedua-duanya adalah tokoh spiritual, pada waktu itu saling berhubungan
bergabung untuk memulai menyebarkan ajaran kebatinannya kepada siswa-siswanya,
dan memberi pertolongan kepada masyarakat luas yang membutuhkan nasehat ,
penyembuhan, sarana-sarana kehidupan lahir batin melalui kekuatan batin. Oleh
karena pada waktu itu masih dalam penjajahan dan pelaksanaannya dalam perguruan
dilakukan secara diam-diam dan sangat dirahasiakan.
Pada tahun 1942 datanglah Jepang untuk menjajah di Indonesia, banyak
sekali murid-muridnya necep kawruh kejawen, terutama bagi pemuka-pemuka para
pejuang pada waktu itu.
Pada jaman penjajahan Jepang (tahun 1942 s/d tahun 1945) kebanyakan
kehidupan rakyat sangat tertekan dan sulit, apalagi paguyuban dan
kegiatan-kegiatan yang menyangkut spiritual sangat ditekan oleh pemerintah
Jepang. Meskipun demikian kedua tokoh tersebut tidak mengenal putus asa, dengan
cara diam-diam beliau masih meneruskan ajaran (kegiatan) memberikan ngelmu dan
semangat kepada para muridnya yang menjadi pejuang hingga tersebar sampai di
penjuru tanah air.
Didalam jaman kemerdekaan, pada tanggal 17 Agustus 1945, merdekalah
Indonesia. Beliau berdua tetap berdiri tegak mempertahankan secara terbuka
memberikan ajaran spiritual kepada siswa-siswa baik yang lama maupun yang baru.
Pada waktu itu kerukunan belum diatur secara organisasi dan administrasi dan
pencatatan anggotanya, jadi masih biasa saja. Maka untuk menemukan data-data
yang tertulis hampir tidak ada sama sekali, pelaksanaannya hanya berupa
keterangan-keterangan atau penjelasan secara lisan saja.
Jaman Agresi Belanda masuk ke Indonesia tahun 1948 s/d tahun 1950, R. M.
Budi Utomo dan R. M. Martopangarso masih tetap meneruskan kegiatannya dengan
memberikan timbulan mantra-mantra (kekuatan gaib) kepada para pejuang kita
meskipun beliau dalam pengungsian di Gunung Kidul.
Kurang lebih pada tahun 1950 Yogyakarta dapat direbut kembali oleh
tentara kita, dinamakan Yogya Kembali.
Tahun 1951
mulailah kegiatan-kegiatan lagi karena suasananya sudah aman. Dalam hal ini
kegiatan tersebut yang dinamakan hambuka hanutup, napak tilas dan lain
sebagainya. Pada tahun itu yang dibuka dan ditutup adalah siswanya antara lain
:
Soediat
Pranotokusumo di Semarang dan lain-lainnya yaitu tokoh-tokoh spiritual Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tokoh spiritual
di Surakarta (murid dari R. M. Budi Utomo dan R. M. Martopangarso) antara lain
:
1.
Drs. Soemantyo Martonagoro (Alm)
2.
Hadi Dwiatmojo (Alm)
3.
Padmo (Alm)
4.
Dirdjosusastro (Alm)
5.
Mangkuatmodjo (Alm)
Beliau-beliau
tersebut di atas mendapatkan nasehat dari R. M. Budi Utomo dan R. M.
Martopangarso untuk menyebar luaskan/ mengembangkan ajarannya di daerah
Surakarta. Ajaran tersebut dinamakan Gayuh ngelmu Kasampurnaning dumadi lahir
bathin (dunia dan akherat).
Pada tahun-tahun itu, kegiatan
berjalan dengan baik dan masing-masing tokoh banyak muridnya (siswanya). Tetapi
sayangnya pada waktu itu belum ada wadah/ organisasi secara tertib administrasi
maupun keanggotaan, hanya merupakan kerukunan kekadangan saja.
Pada tahun 1985 R. M. Budi Utomo
wafat, disusul oleh R. M. Martopangarso pada tahun 1987. Tahun 1991 beliau Drs.
Soemantyo Martonagoro wafat, disusul oleh Dirdjosusastro dan Padmo yang
akhirnya semua “kadang-kadang” di Surakarta merasa kehilangan “SUH”.
Maka dengan meninggalnya tokoh-tokoh
tersebut di atas, perkembangan selanjutnya di Surakarta sangat baik, dan masih
melanjutkan kegiatan seperti ketika Bapak-bapak (gurunya) masih hidup.
Akhirnya para kadang-kadang di
Surakarta mengadakan saling berembug untuk kelangsungan kehidupan budaya
spiritual ajaran/ naluri kejawen. Setelah berembug menghasilkan gagasan untuk
mendirikan suatu paguyuban yang dirintis antara lain :
1.
Hadi Dwiatmodjo (Alm)
2.
Hadi Sukarto (Alm)
3.
Hadi Wiyono (Alm)
4.
Soetarno Dwidjohatmono (Alm)
5.
Soeripto Wignyosoeripto (Alm)
6.
Drs. Dalmanto
7.
Dr. K. R. T. Nitidiningrat (Alm)
8.
Bambang Widjanarko (Alm)
9.
S. Soemodikoro/ Soebantar (Alm)
10.
Soeparwi
11.
Setrotaruno (Alm)
Dalam perembugan itu terjadi saling
mengemukakan pendapat dari isi hatinya.
Akhirnya menelorkan kesepakatan untuk
mendirikan suatu paguyuban/ organisasi yang di lindungi oleh Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintahan yang dinamakan “PANGARSO BUDI UTOMO ROSO MANUNGGAL
JATI”.
HASIL MUSYAWARAH NASIONAL
Pada tahun 1991, berdiri organisasi
PAGUYUBAN PANGARSO BUDI UTOMO ROSO MANUNGGAL JATI dengan Pengurus terlampir
pada Lampiran I.
Dari
masa ke masa, para sesepuh/ surut kesedan jati (meninggal dunia). Untuk
melangsungkan kehidupan organisasi, dari usulan/ saran secara lesan
kadang-kadang, supaya segera di adakan reorganisasi pengurus dengan diadakan
Musyawarah Nasional. Dari usulan kadang-kadang terpenuhi/ terlaksana Musyawarah
Nasional pada :
Hari/ Tanggal : Sabtu – Minggu/ 3 – 4 Maret 2012
Waktu :
Pukul 19.00 – selesai
Tempat : Padepokan
Paguyuban Pangarso Budi Utomo
Roso
Manunggal Jati
Alamat : Rejosari
No. 5 RT 01/ RW XV Kel. Gilingan,
Kec. Banjarsari, Surakarta
Dari Musyawarah Nasional tersebut memutuskan dan menghasilkan sebagai
berikut :
1.
Anggaran Dasar :
Tetap
2.
Anggaran Rumah Tangga :
Tetap
3.
Lambang :
Tetap
4.
Susunan Pengurus Baru :
Terlampir pada Lampiran II.
5.
Alamat :
Rejosari No. 5 Rt 01/ RW XV Kelurahan Gilingan,
Kecamatan Banjarsari, kota Surakarta.
Demikian ketetapan Pengurus Musyawarah
Nasional. Kepada yang berkepentingan harap maklum dan menjadi periksa adanya.
Surakarta, 4 Maret 2012
Ketua Panitia
Musyawarah
Nasional
Ramanto
LAMPIRAN I
SUSUNAN PENGURUS LAMA
PAGUYUBAN PANGARSO BUDI UTOMO ROSO
MANUNGGAL JATI
a.
1. Sesepuh Ajaran :
1. Hadi Dwiatmodjo
2. Hadiwiyono
2. Penasehat/
Paranpara : R.
Prodjosunardjo
b.
Ketua Umum :
Bambang Widjanarko
c.
Ketua I :
dr. KRT. Nitidiningrat
Ketua II : Yahyo
Atmowiyoto
d.
Sekretaris Umum :
Soetarno Dwidjohatmono
Sekretaris I : S.
Soemodikoro
Sekretaris II : Margono
e.
Bendahara I :
Didit Rudy E. W.
Bendahara II : Sastroredjo
f.
Humas :
S. Soemodikoro
g.
Pengembangan dan Latihan :
1. Soeripto Wignyosoeripto
2. W. Praptorahardjo
3. Karsosuwito
h.
Seksi-seksi
1.
Seksi Sosial dan Pengabdian :
Purwosiswanto
2.
Seksi Persujudan dan Upacara Sakral : Soetarno Dwidjohatmono
3.
Seksi Kepemudaan :
Margono
4.
Seksi Kewanitaan :
Sastrorejo
5.
Seksi Upacara/ Srana :
Setrotaruno
6.
Seksi Perlengkapan :
Tukidjan
LAMPIRAN II
SUSUNAN PENGURUS BARU
PAGUYUBAN PANGARSO BUDI UTOMO ROSO
MANUNGGAL JATI
a.
1. Sesepuh Ajaran :
1. Didit Rudy E. W. S. Pd.
2. Djumadi
2. Penasehat/
Paranpara : 1. KP.
H. S Mangun Hadinagoro S. H.
2. Margono
b.
Ketua Umum :
Ramanto
c.
Ketua I :
Tukijan Padmo Sumarto
Ketua II : Y.
Dayadi Budiyanto
d.
Sekretaris Umum :
Ali Ridwan S. PdI.
Sekretaris I : Maruto Adhi
Prabowo S. T.
Sekretaris II : Mulyo Andi
Buntoro
e.
Bendahara I :
Luluk Marwanti
Bendahara II : Giyanto
f.
Humas :
1. Rosidi S. W.
2. Agus Bambang Warsito
g.
Pengembangan dan Latihan :
1. Djumadi
2. Giyanto
3. Ali Ridwan S. PdI.
h.
Seksi-seksi
7.
Seksi Sosial dan Pengabdian :
Suhedi
8.
Seksi Persujudan dan Upacara Sakral : Ali Ridwan S. PdI.
9.
Seksi Kepemudaan :
Galuh Supriyanto
10.
Seksi Kewanitaan :
Catur Wahyu Ningsih
11.
Seksi Upacara/ Srana :
Sarimin Siswa Sumarto
12.
Seksi Perlengkapan :
Adi Susilo
Ketua Umum
Ramanto
Selamat Siang Kadang-Kadang PAGUYUBAN PANGARSO BUDI UTOMO ROSO MANUNGGAL JATI, apakah Paguyuban ini ada di Surabaya? Saya ingin sekali ikut paguyuban tersebut, karena kebetulan saya adalah cucu dari Eyang Suhar Wiryodiprojo (Rama Gondomono) saya ingin sekali ketemu & Belajar gegayuan kebatinan seperti eyang saya dan kadang-kadang sekalian, mohon informasinya, terima kasih Rahayu....
BalasHapus